A.
Cara Menulis Puisi
Menurut Prof. Dr. Herman J
Waluyo dalam buku Apresiasi Puisi Untuk Pelajar dan Mahasiswa, ditinjau
dari aspek bahasa, puisi paling tidak harus mengandung beberapa unsur, yakni:
Pemadatan bahasa, kata-kata membentuk larik dan bait atau bahasa dipadatkan,
Pemilihan kata khas puisi bukan bahasa prosa dan sehari-hari; kelam sunyi, kata-kata
khas puisi terdiri dari; Makna
kias atau yang bukar arti sebenarnya; hari mudaku telah pergi, Lambang;
pengantian suatu hal/benda dengan hal/benda lain; Burung dara jantan,
Persamaan bunyi/rima; persamaan bunyi yang harmonis, Kata kongkret; kuku-kuku
besi bermakna kuda bersepatu besi, Pengimajian (pencitraan dalam puisi);
kata atau susunan kata-kata dapat memperjelas apa yang dinyatakan penyair, apa
yang digambarkan seolah-olah dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif)
dan dirasa (imaji taktil), Irama atau Ritme; pengulangan bunyi, kata, frasa dan
kalimat (puisi lama), Tata wajah atau tata letak kata yang tidak lazim
(mutakhir).6 Namun di samping penjelasan di atas, dalam
perkembangan terbaru penulisan puisi ada yang disebut dengan puisi yang
diprosakan, artinya penulisan puisi bukan dalam bentuk larik, melainkan alinea
atau paragraf sebagaimana penulisan prosa.
Berdasarkan penjelasan ini,
saya lalu membuat cara praktis menulis puisi, cara ini merupakan pengembangan
dari pemahaman teoritis di atas.
Pertama; biarkan imajinasi
Anda mengembara tentang tema puisi yang akan dibuat, misal hendak menulis
musibah gempa di Yogyakarta, bagi yang tidak mengalami secara langsung, bisa
mengikuti berita visual di televisi, internet atau media cetak, lalu rasakan
peristiwa demi peristiwa, biarkan citra-citra tentang hal itu terbuka lebar,
baik yang berhubungan maupun tidak berhubungan. Lalu citra-citra yang semraut
itu diatur pada satu titik fokus yakni dasyatnya musibah gempa di Yogyakarta.
Kedua; resapi tema tersebut
dalam perasaan yang dalam, sehingga emosi Anda menjadi terlibat. Orang yang
memiliki perasaan yang dalam akan turut menitikkan air mata melihat penderitaan
masyarakat Yogya dan sebagian Jawa Tengah, perasaan haru dimasukkan dalam jiwa
seakan-akan turut merasakan penderitaan yang sama.
Ketiga; tulis apa saja yang
ada di benak Anda tentang tema tersebut, tulisan dibiarkan secara acak atau
dalam bentuk paragraf. Contoh; gempa dasyat di Yogya benar-benar luar biasa;
rumah-rumah hancur lebur, bangunan-bangunan runtuh, aspal dan tanah membelah,
beribu-ribu orang meninggal dunia, sedang yang luka parah dan ringan mencapai
puluhan ribu orang, sehingga rumah-rumah sakit tak bisa menampung, orang-orang
yang tertimba bencana dan selamat, merasakan penderitaan yang dalam, sengsara,
sedih, menangis dan trauma, mereka terpaksa tinggal di tenda-tenda pengungsian,
baik yang di dekat rumah atau tenda yang diperuntukkan untuk sejumlah orang.
Keempat; dari tulisan yang
berbentuk paragraf lantas Anda pilih kata yang menarik dengan mencari kata lain
yang lebih menarik. Contoh; gempa dasyat di Yogya benar-benar luar biasa,
diganti dengan kata-kata; gemuruh Yogya membahana segala penjuru dunia.
Kelima; mulai menulis puisi
berdasar pilihan kata-kata tadi, misalnya;
gemuruh Yogya membahana
segala penjuru dunia
tanah-tanah berbelah dua
bangunan-bangunan hancur tak
bersisa
orang-orang berlarian ke mana-mana
hujan air mata mengalir di
sungai
darah-darah berceceran
nyawa-nyawa melayang seperti
daun dihembus angin
Keenam; mengganti kata yang
kurang baik dengan yang lebih baik, mencari lambang, kata kongkret, menemukan
irama atau ritme puisi dan membentuk tata wajah sesuai keinginan, maka jadilah
sebuah puisi. Contoh;
gempa Yogya membahana segala penjuru dunia (kata gempa diganti gemuruh)
tanah-tanah berbelah dua
bangunan-bangunan hancur tak bersisa
(hancur diganti kata luluh
lantak)
orang-orang berlarian ke
mana-mana (berlarian diganti lari tunggang langgang)
hujan air mata mengalir di sungai
(ditambah kata derita, agar akhir puisi menjadi seirama)
darah-darah berceceran (ditambah menghiasi luka-luka lama)
nyawa-nyawa melayang seperti daun dihembus angin (ditambah kata merana
dan kata-kata seperti daun dibuang)
Setelah mengalami proses editorial, maka puisi yang ditulis akan
menjadi;
gemuruh Yogya membahana segala penjuru dunia
tanah-tanah berbelah dua
bangunan-bangunan luluh lantak tak bersisa
orang-orang lari tunggang
langgang ke mana-mana
hujan air mata mengalir di sungai
derita
darah-darah berceceran menghiasi luka-luka lama
nyawa-nyawa melayang dihembus angin merana
Puisi yang baik paling tidak
berisi empat sampai lima ciri-ciri kebahasaan puisi, tapi dalam tahap belajar
berisi dua atau tiga di antaranya sudah bagus. Dalam puisi di atas ada
pemadatan bahasa, ada bahasa lambang yakni gemuruh untuk menunjukkan
betapa dasyatnya gempa yang terjadi, ada rima atau persamaan bunyi yang
harmonis di setiap akhir larik puisi,
ada makna kias yakni nyawa-nyawa melayang dihembus angin merana, ada
kata-kata kongkret luka-luka lama, ada
pengimajian yang kuat, sebab dalam menulis ini saya hanya mengandalkan
imajinasi berdasarkan apa yang dilihat di televisi, jadi citra-citra yang hadir
dibentuk karena turut merasakan penderitaan yang dalam dan agar rakyat Indonesia bisa mengambil hikmah, dan
puisi di atas juga ada irama puisinya jika dibaca dengan sepenuh jiwa, sedang
untuk tata letak dibentuk seperti biasa, tidak mengandung ide baru seperti
halnya yang ditulis Sutarji Calzum Bakhri dalam puisi-puisinya.
Puisi juga dapat ditulis
tanpa harus berpegang teguh pada teori-teori tertentu, melainkan menulis apa
saja yang ingin ditulis apa adanya. Kelemahan penulis puisi yang teoritis
adalah puisi-puisi yang dilahirkan terlalu terjebak pada aturan, sehingga
kurang memperhatikan isi, sedang kelemahan penulis tanpa teori biasanya
puisi-puisi yang ditulis susah diterima pasar
atau media. Paling penting dalam menulis puisi adalah membiasakan diri
untuk menulis tentang hal-hal yang menarik perhatian, menyentuh perasaan,
sepele namun bermakna, tentang; ketidakadilan, kecurangan, keculasan,
kejahatan, korupsi, mentalitas bangsa Indonesia, mentalitas masyarakat, dan
hal-hal lainnya. Dengan membiasakan diri menulis, puisi-puisi yang dihasilkan
akan meningkat secara kuantitaif dan kualitatif, meningkatkan derajat orang
dari menulis sekedar hobi menjadi menulis sebagai jalan hidup. Intinya adalah
menulislah mulai sekarang, baik berdasarkan teori atau tidak.
B.
Cara Menulis
Ilmiah Populer
Karya ilmiah adalah sebuah
tulisan yang berdasarkan fakta yang sebenarnya, menggunakan metode tertentu,
dan ditulis setelah melakukan penelitian, baik penelitian lapangan atau
kepustakaan. Sedang karya ilmiah populer
adalah karya ilmiah yang ditujukan untuk konsumsi media massa atau
masyarakat umum.
Dalam penulisan karya ilmiah
populer, ada yang menggunakan motode deduktif yakni kesimpulan umum dulu baru
diberi penjelasan, ilustrasi, fakta, analogi, dan contoh-contoh, ada yang
menggunakan metode induktif yakni uraian atau penjelasan, ilustrasi, fakta,
analogi, dan contoh-contoh, baru diakhir
tulisan diberi kesimpulan, sedang metode campuran adalah gabungan
keduanya; kesimpulan diungkapkan terlebih dahulu, di akhir tulisan kesimpulan
lebih dipertegas lagi. Cara mana yang ditempuh terserah penulis.
Sebelum memulai tulisan,
buatlah kerangka karangan dulu. Kerangka karangan harus dibuat dengan jelas,
untuk itu perlu beberapa langkah dalam menulis kerangka karangan seperti yang
diungkapkan Prof. Dr. Gorys Keraf; merumuskan tema berdasarkan topik (pokok
bahasan) dan tujuan yang ingin dicapai, melakukan inventarisasi atau
pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan topik-topik bawahan yang
berkaitan dengan tema, penulis mengadakan evaluasi terhadap topik-topik yang
ditulis; relevansi masing-masing topik, topik mana yang dipertahankan dan
dibuang, menentukan derajat topik mana yang utama dan mana yang penjelas, agar
kerangka karangan bagus dalam menyusun tema atau tujuan dan inventarisasi,
dilakukan secara berulang-ulang, dan terakhir menentukan pola penyusunan
kerangka karangan; pola alamiah yakni suatu urutan unit-unit kerangka karangan
sesuai dengan keadaan yang nyata di
alam, dan pola logis yakni suatu urutan yang sesuai dengan akal budi atau
pikiran manusia.13
Dari kerangka karangan yang
ditulis, lalu dijabarkan dalam bentuk paragraf-paragraf, sehingga tulisan bisa
diselesaikan dengan cepat. Namun demikian ada penulis yang sudah terbiasa
menulis, justru tidak membutuhkan kerangka karangan yang dianggap membatasi
ruang gerak, malah tulisan lebih mengalir tanpa menulis kerangka karangan. Bagi
penulis pemula saran ini tidak cocok, sebab ini hanya bisa dilakukan oleh orang
yang sudah “terbiasa” menulis.
Perlu diingat sebuah
karangan ilmiah populer, terdiri dari pendahuluan (meski kata pendahuluan
sering tidak ditulis di mass media), isi dan penutup. Dalam pendahuluan
dijelaskan tentang beberapa hal yang menarik dari fakta yang ditulis agar
pembaca tertarik untuk membaca, biasanya terdiri dari dua sampai tiga alinea,
isi meliputi minimal dua sub judul sampai tiga sub judul yang masing-masing sub
judul terdiri dari tiga sampai sembilan alinea, dan penutup yang biasanya
terdiri dari satu sampai tiga alinea.
Selesai ditulis, diedit dulu; pungtuasi atau tanda-tanda yang
dipakai dalam setiap kalimat atau paragraf, hubungan antar paragraf, kejelasan
paragraf utama dengan paragraf penjelas, penggunakan bahasa Indonesia
disesuaikan dengan Ejaan yang sudah disempurnakan atau menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, dan keseluruhan dari isi karangan. Sebaiknya
editorial dilakukan sejam atau beberapa jam setelah tulisan selesai ditulis
agar ketika mengedit lebih konsentrasi dan fokus, sehingga kesalahan bisa
dihindari. Karya ilmiah populer biasanya dimuat di rubrik Opini di media cetak.
e. Cara Menulis Kolom
Kolom adalah jenis tulisan
yang merupakan gabungan antara cara menulis sastra dengan cara menulis ilmiah.
Maka dalam menulis kolom, orang dituntut memiliki keahlian ganda agar kualitas
kolomnya bagus. Meski demikian ini bukan syarat mutlak, melainkan sekadar upaya agar kolom yang dihasilkan lebih
berkualitas. Dalam bahasa berbeda KH. Zainal Arifin Toha atau Gus Zainal
mengatakan; “menurut saya, tulisan kolom adalah merupakan gabungan dari cerpen,
puisi, artikel, esai, hikmah, bahkan juga cerita humor. Dengan kata lain, kolom
adalah merupakan ramuan berbagai macam menu tulisan yang bersifat padat namun
berisi.”14
Penulis kolom yang berhasil
seperti Emha Ainun Nadjib, dikenal sebagai penyair dengan beberapa kumpulan
puisi, cerpenis (meski cerpen-cerpennya dinilai kurang bagus) dramawan,
memahami kreativitas penulis jalanan, memahami tulisan ilmiah dari
lingkungannya di Yogya dan pengalaman pernah kuliah. Semua itu diaktualisasikan
dalam penulisan kolom yang benar-benar berkualitas seperti Slilit Sang Kiai,
yang dibukukan dengan judul sama dan berisi kolom-kolom Cak Nun yang
benar-benar bagus.
Bagi penulis kolom yang
berlatar belakang puisi atau cerpen, bisa mulai berlatih menulis karya ilmiah
populer, lantas suatu waktu berusaha menulis dialog pendek menarik; diawal,
tengah, akhir atau acak dalam tulisan ilmiah yang dibuat, dan baru membiasakan
menulis kolom dengan gaya sendiri yang tidak mesti meniru orang lain, bagi yang
tidak punya pengalaman menulis, berlatihlah menulis puisi atau cerpen, di lain
waktu berlatih menulis ilmiah sederhana; pendahuluan, isi dan penutup, dan
berusaha menggabung keduanya dalam bentuk tulisan yang baru, tentu setelah
terlebih dahulu membaca kolom-kolom lain yang berkualitas.
Pengalaman saya menulis
kolom di Pesantren TMI Al-Amien Madura; biasanya setiap minggu dan dua minggu
sekali menulis kolom di mading SUASA selama setahun, sayangnya saya tidak punya
inventarisasi kolom-kolom yang diberi judul rubrik Air Madurasmita. Sebelum
menulis kolom, saya sudah membiasakan diri dengan buku-buku Cak Nun, bahkan
saya akui dalam menulis kolom pada tahap itu meniru gaya Cak Nun, baru sepuluh
tahun kemudian, saya mencari cara penulisan kolom sendiri. Dalam menulis kolom,
biarkan ide-ide mengalir secara liar, baik dalam bentuk paragraf atau dialog,
baru dalam proses editorial, paragraf atau dialog diatur sedemikian rupa,
bahasa diperbaiki, pemikiran yang kurang ditambah, analisa dipertajam dan
fakta-fakta baru yang menarik ditambahkan.
Bahan-bahan kolom diambil
dari koran, majalah atau internet tentang sesuatu, contoh; konlik AS dengan
Iran yang mayoritas penduduknya Muslim, ini bisa menjadi bahan yang menarik
dalam penulisan kolom. Tentu sudut pandang penulisan kolom yang kita buat harus
dibuat khas, unik, menarik dan dari sudut pandang berbeda.
C.
Cara Menulis Buku
Beberapa cara menulis
sebelumnya, dijadikan sarana latihan untuk menulis buku suatu waktu kelak
setelah mampu menjadikan menulis sebagai kebiasaan yang menyenangkan. Terkadang
apa yang ditulis di atas mengalami kegagalan untuk dimuat di media cetak,
kegagalan yang bisa menghentikan seseorang untuk menulis, maka dengan
menjadikannya sebagai media latihan; tidak ada yang gagal, semua itu merupakan
proses untuk mampu menulis buku pada masa pendatang.
Sebelum menulis buku, perlu
membaca buku-buku best seller yang berkualitas sesuai dengan dengan
bidang yang dikuasai sebelumnya. Dari buku itu dipelajari rahasia best
sellernya, cara penulisan buku, sistematika tulisan, dan membuat beberapa
catatan penting. Lalu motivasi diri bahwa siapa saja bisa menghasilkan buku best
seller asal dilakukan dengan sungguh-sungguh, penuh ketekunan, teliti,
konsisiten dalam menulis, niat tulus untuk Allah dan agar tulisan bermanfaat
bagi orang banyak, memanfaatkan segenap potensi yang dimiliki, dan melakukan
proses menulis dari awal sampai akhir dengan tujuan menghasilkan yang terbaik,
yang bisa dilakukan diri. Mengenai hasil akhir, bertawakkal pada Allah dalam
makna tawakkal yang benar.
Dengan demikian, untuk
menulis sebuah buku, Anda tak perlu harus menjadi Doktor, asal punya tekad
bulat untuk belajar sendiri, rajin membaca buku, rajin membaca semesta, rajin
membaca Al-Qur’an dan Hadits dengan berusaha memahami makna-maknanya, insya
Allah siapa saja bisa menulis buku.
Dalam memulai menulis buku,
diawali dengan kerangka karangan, baru mengumpulkan data-data kepustakaan;
terdiri dari buku utama yang dijadikan sandaran penulis dan dijadikan sumber
kutipan utama dan buku-buku tambahan lain yang bisa dijadikan sumber refrensi,
minimal harus menyiapkan 15 buku yang berhubungan untuk menulis sebuah buku,
informasi yang berasal dari media massa; koran, tabloid dan majalah, yang
berupa kenyataan-kenyataan yang ada dalam masyarakat, budaya dan lingkungan
tertentu (secara kualitatif lebih dari kuantitatif untuk penelitian sosial),
dan mencari data-data lain sesuai kebutuhan.
Supaya memudahkan dalam
pengutipan sebuah buku; otodidaktor menyediakan kertas-kertas kecil secukupnya
sebelum berangkat menuju perpustakaan, memilih buku yang berkaitan dengan yang
hendak ditulis –minimal 5 buku-, melakukan pembacaan cepat, ketika menemukan
tulisan yang hendak dikutip; ambil kertas yang disediakan, lalu tulis judul
buku, penulis (dengan penerjemah jika buku terjemahan), penerbit, tahun
penerbitan, dan halaman yang hendak dikutip, baru menulis tulisan yang hendak
dikutip; jika kutipan langsung, semua ditulis utuh seperti aslinya, dan jika
kutipan tak langsung hanya menulis poin-poin penting saja, begitulah seterusnya
sampai seluruh buku bisa diselesaikan dengan pembacaan cepat. Pembacaan cepat
bisa dilakukan dengan proses pembiasaan membaca buku.
Mencari bahan tambahan di
media cetak dengan proses mirip dengan pengutipan sebuah buku, hanya saja yang
ditulis adalah judul tulisan, tanggal, bulan dan tahun penulisan, dan jenis
media yang dijadikan kutipan. Demikian juga ketika mencari data-data lewat
internet.
Melakukan wawancara dengan
orang-orang yang ahli, pengalaman dan memiliki ilmu di bidang yang hendak
ditulis. Wawancara yang baik dilakukan dalam bentuk dialog, yang mana pihak
yang diwawancarai tidak merasa diwawancarai, bentuk gampangnya adalah silurahmi
ke rumah orang dan membicarakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu
yang hendak ditulis.
Melakukan pembacaan kreatif
terhadap kenyataan-kenyataan yang disaksikan langsung di tengah-tengah
masyarakat. Mencatat semuanya dalam catatan khusus, bisa dalam buku harian atau
buku catatan lainnya. Ini penting agar apa yang ditulis bersandar pada
kenyataan, bukan praduga semata. Tapi ingat, kenyaataan sering menipu, maka
penelitian yang dalam dibutuhkan untuk mengetahui kenyataan yang sesungguhnya.
Mulailah menulis dengan
pendahuluan; menjelaskan tentang latar belakang penulisan, metode yang
digunakan (metode acak tak apa-apa), garis besar yang hendak ditulis, tujuan
penulisan dan hal-hal yang mendorong orang untuk menulis. Dari pendahuluan
dilanjutkan dengan penulisan bab pertama; biasanya menulis tentang definisi,
makna dari definisi tersebut, dan ilustrasi atau contoh. Dilanjutkan bab kedua;
biasanya tentang segala sesuatu yang dibutuhkan orang untuk memahami yang
dijelaskan di bab pertama. Diteruskan dengan bab ketiga; biasanya tentang
hal-hal lain yang dianggap berhubungan dengan bab kedua yang tidak dijelaskan
sebelumnya. Pada bab empat; biasanya seorang penulis berusaha menemukan “hal
baru” yang bisa jadi berupa sintesis dari hal-hal yang ditulis sebelumnya. Baru
pada bab kelima dilakukan penyimpulan terhadap apa yang ditulis mulai bab
pertama sampai keempat. Sengaja disebut “kebiasaan” karena setiap buku memiliki
ciri khas penulisan sendiri yang berhubungan dengan kebiasaan orang dalam
menulis. Sedang kebiasaan yang dijelaskan dalam buku ini merupakan
kebiasaan saya sendiri.
Data-data yang telah
disediakan sebelumnya, dimasukkan ke dalam buku dalam setiap bab sesuai bidang
kajian. Berhati-hatilah memasukkan data, jangan sampai menjadikan tulisan
menjadi rancu dan tidak dipahami orang.
Prinsip dalam menulis buku
adalah triad and error, artinya orang berusaha menulis sesuatu,
melakukan kesalahan di dalamnya, memperbaiki kesalahan, melakukan kesalahan
lagi, memperbaiki kesalahan lagi, begitu terus sampai buku menjadi sempurna.
Itu artinya, kesalahan adalah sarana memperbaiki tulisan sampai menghasilkan yang terbaik,
yang bisa dilakukan orang dalam menghasilkan karya tulis. Jangan jadikan
kesalahan, penilaian buruk, dan kekeliruan sebagai trauma, melainkan upaya
menyempurnakannya. Prinsip ini sama dengan menjalani hidup, hanya saja perlu
ditambahkan dengan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Selesai menulis buku secara
keseluruhan, edit kembali untuk memperbaiki kesalahan penulisan, pemilihan kata
yang salah, pemberian makna yang keliru, dan memperbaiki segala sesuatu yang
dianggap keliru. Bisa jadi sebuah paragraf dipindah-pindah, tak masalah
senyampang perbaikan merupakan penyempurnaan, bukan mengacaukan hasil tulisan.
Editorial minimal dilakukan tiga kali untuk sebuah buku yang ditulis.
Dalam proses pengeditan,
sebaiknya buku diserahkan pada teman atau orang lain untuk mendapat masukan
yang konstruktif. Masukan jangan ditelan mentah-mentah, melainkan dipikirkan
dan dianalisa secara seksama, jika masukan “lebih tepat” dari yang ditulis,
tidak boleh segan untuk merubahnya.
Buku yang sudah diedit,
diajukan ke penerbit. Biasanya penerbit besar “sulit” menerima penulis buku
yang dianggap pemula dan tidak terkenal, maka seorang penulis baru harus
mencari penerbit-penerbit kecil yang butuh buku untuk diterbitkan. Untuk
mengetahui hal ini, perlu koneksi, orang lain yang punya jaringan, dan butuh
pengetahuan yang luas. Penolakan dari sebuah penerbit bukan berarti tulisan
jelek, sebab bisa jadi tulisan yang dibuat tidak sesuai dengan kehendak “pasar”
dengan segala macam cita rasanya. Ada dua jalan jika ditolak; perbaiki tulisan
sampai sempurna atau simpan dulu, dan berusaha menulis buku baru lainnya.
Seandainya telah
menghasilkan tiga buku, namun tidak ada satu pun yang diterbitkan, beranikan
diri untuk menerbitkan dengan uang sendiri; jika tebal halaman 100 halaman 1,5
spasi kertas kwarto, paling uang yang dibutuhkan maksimal 5-10 juta rupiah,
jika bertambah tebal, bertambah besar pula uang harus disediakan. Banyak penulis besar yang sukses, justru
setelah menerbitkan sendiri bukunya seperti Carmel Bird, atau malah seperti
Frans kafka, yang karyanya baru diterbitkan setelah meninggal dunia, tapi
justru dijuluki pelopor sastra
posmodern.
Namun, jika ternyata tetap
tidak bisa, maka Anda dapat berjualan buku di internet melalui blog gratis yang
dibuat. Pembaca yang telah mentransfer uang, Anda kirimi tulisan ke email atau
wibe site mereka atau biarkan mereka mendownlowd sendiri. Biayanya murah
meriah. Hanya cara ini beresiko, sebab karya Anda dapat dijiplak orang.