Senin, 21 Maret 2011

Ontologi Puisi

MEMBACA RELUNG PERISTIWA

Jalan yang kutempuh penuh liku-liku
Duri-duri menghalangi setiap langkah
Menghambat rencana-rencana yang dibuat
Menjauhkan cita dari harapan
Aku berjalan di lereng bukit terjal
Jalan setapak sempit berkelok-kelok
Memandang ke bawah, rasa ngeri datang
Melihat ke depan, tujuan yang ingin dicapai menjauh
Aku menelusuri tepi jurang
Senantiasa bersama ketakutan dalam derap langkah
Memandang ke belakang yang tampak kegelapan
Menengok ke samping tak ada jalan keluar
Melongok mata tak menemukan yang dicari
Aku hidup bersama kecemasan
Menyelimuti malam, memeluk siang
Tak ada waktu tersisa
Semua sirna dalam kewas-wasan
Aku ingin meraih bintang di angkasa
Memperssembahkan pada bumi
Sebagai sumbangsih pada dunia
Bintang menjauh, kabut hitam menemani
Aku asa pada pelukan rembulan
Hangat menyejukkan jiwa
Gelisah terhadap ketidakpastian
Rindu belaian kasih tak kunjung sampai
Aku adalah sahabat ketidakberuntungan
Memiliki pikiran tak terasah
Dikaruniai pisau tak dapat ditajamkan
Memiliki tambang emas tak tersentuh
Menyerah pada keadaan, sikap paling kubenci
Aku teman kegagalan
Setiap jalan yang ditempuh buntu
Berusaha keluar tak menemukan jalan
Melewati berkelok-kelok tak mendapatkan pintu
Membelai buaian mimpi
Mencium bau ranum dunia khayal
Aku berkeras melahirkan karya
Pasar tak mampu menerima
Hasil orang-orang tak berguna
Media milik siapa-siapa
Bukan siapa tak dapat tempat



Kemana harus kucari jalan
Sementara semua sisi saling menutup
Melingkupi diri dalam penjara
Kunci terali hilang entah ke mana
Kehidupan masih menyisakan asa
Asal peras keringat tanpa pamrih
Melahirkan sesuatu berarti kelak
Demi anak cucu tercinta
Menanam pohon kehidupan
Tak dapat dinikmati diri
Memetik buah dari sorga
Hidup bahagia bersama bidadari
Memetik prahara di neraka
Hidup sengsara bersama setan
Siapa dapat memilih mendapat apa
Tidak mendapat apa-apa tanpa kuasa
Aku bisa menggapai dunia pada hari ini
Bernyanyi lagu-lagu ceria
Menari di atas derita
Nurani diliputi sengsara
Pilihan yang tak diharapkan
Nasib
Sial
Buntu
Gagal
Adalah teman sejati dalam kehidupan
Aku tak pernah menyerah pada nasib
Aku tak takut kesialan
Aku tak khawatir jalan buntu
Aku tak cemas kegagalan
Menghasilkan gading dalam belaian ajal


Aceh Pahlawan KeManusiaan

Bumi bergumam resah
Menggoncangkan Rencong
Bangunan runtuh
Tanah bergoncang
Menimbulkan pasrah
Orang-orang bergoyang
Tak tentu arah

Lempengan tanah di laut terbuka lebar
Menelan air ke batas patahan
Tanah-tanah terangkat sesaat
Orang-orang ngeri menatap reruntuhan
Berbondong-bondong melihat hasil gumaman bumi
Tak menyadari apa yang kan terjadi
Ambulan datang menghampiri
Paramedis menolong yang selamat
Tentara berlalu lalang mengamankan situasi
Polisi membuat garis pembatas
Membuat masyarakat tak mendekati

Lempengan menutup perlahan
Memuntahkan air ke atas
Menghasil deru gelombang tanpa batas
Menerjang apa saja tanpa mengenal welas
Perahu
Kapal
Rumah
Pohon
Manusia
Kayu
Bata
Pasir
Tersapu gelombang pasang

Orang tercengang
Berteriak nyaring
Memngeluarkan suara dering
Memekakkan sekeliling
Tanpa ada yang menyahut
Suasana hening
Suara-suara jadi bening
Sekelebat bayang-bayang
Menghadirkan Allah
Dzat yang sempat hilang
Dari ingatan manusia

Bukankah manusia bisa membuat cloning
Bukankah manusia bisa menembus Mars
Bukankah manusia bisa menjelajahi bulan
Bukankah manusia bisa menciptakan robot
Bukankah manusia bisa merekayasa gen
Bukankah manusia sanggup mengganti tuhan
Bukankah manusia penguasa bumi

Mana kekuasaan manusia
Mana kecerdasan mencengangkan manusia
Mana kejeniusan manusia
Mana arogansi manusia
Mana nalar-nalar manusia
Mana teknologi manusia
Mana komputer ciptaan manusia
Mana sains rekayasa manusia
Mana penelitian ilmiah manusia
Mana, mana, mana, mana, mana?

Lempengan bumi kembali memuntahkan tsunami
Manusia yang panik tak tahu lari ke mana
Tubuh-tubuh berserakan
Mayat-mayat bergelimpangan
Bangkai-bangkai bertebaran
Rongsokan-rongsokan berkeliaran
Di pantai-pantai
Di kota-kota
Di desa-desa
Di pedalaman-pedalaman
Mulai Meulabuh, Banda Aceh sampai Loksomawe
Melintasi sebagian Sumatera Utara
Melewati Malaysia
Mengitari Thailand
Meresapi Srilanka
Menepi di India
Mendekati Somalia

Mengurus mayat-mayat di mana-mana
Dibiarkan berlarut-larut
Bantuan-bantuan terlambat
Orang-orang tak tahu berbuat apa
Bau busuk menusuk hidung
Menebarkan virus-virus penyakit
Hantu-hantu epedemi mengintai
Lebih menakutkan dari tsunami
Bila salah menyelami

Dari pesawat televisi
Seluruh menjuru dunia menyaksikan
Dari berita-berita koran
Semua turut merasakan
Dari komputer-komputer maya
Tersaji peristiwa-peristiwa
Menikmati bir, memakan sphageti
Meminum kopi hanyat
Menghirup teh celup
Sarapan roti susu
Makan siang di restoran mewah
Makan malam dengan kekasih
Memakan cumi, ikan, dan kerang
Muntahan air laut

Seribu puisi terlahir kembali
Sejuta cerita menyelimuti
Selaksa buku menghadiri
Seratus film menikmati
Menguak tabir-tabir peristiwa
Memaknai hakekat makna
Demi kelangsungan masa

Insan yang Islam tanpa Islam
Membuka selimut usang
Menengadahkan tangan penuh doa-doa
Meneteskan air mata di masjid-masjid
Orang-orang Kristen tanpa Kristen
Bergegas ke gereja
Walau tak pernah melewati pintunya sekalipun
Orang-orang Budha tanpa Budha
Mengingat ajaran-ajaran luhur
Meski tak pernah disentuh
Orang-orang Hindu tanpa Hindu
Ramai-ramai ke Pure
Padahal tak pernah hadir dalam ibadat
Manusia tak beragama
Merenung lama tak mengerti apa-apa
Melihat ketidakmampuan manusia
Kesombongan-kesombongan sirna
Membuka buku-buku agama
Meluruskan kepercayaan
Menebalkan keyakinan
Mengingat Tuhan

Orang-orang Aceh berbahagialah
Dukamu mengingatkan semua
Nestapamu membangkitkan jiwa-jiwa
Ratapanmu membangunkan akalbudi
Tangismu menyadarkan nalar-nalar
Rintihanmu meneguhkan iman
Kepanikanmu mengukuhkan hati
Tak peduli baju-baju agama
Wonosari, 31 Desember 2004

ACEH TERSENYUM BAHAGIA

Prahara tiba
Menghantantam anak negeri yang terlena
Beras
Ikan
Daging
Minyak
Bensin
Solar
Pakaian
Membumbung tinggi tak terjangkau
Penjarahan meliputi pelosok negeri
Dengan alasan kelaparan apapun boleh
Hati nurani diletakkan di tong sampah

Seperti kuda yang lama di kandang
Begitu terlepas menumpahkan apa saja
Tak peduli siapa-siapa
Orang-orang banyak yang mengaku pahlawan
Padahal menjarah isi lumpung padi
Tokoh-tokoh baru bermunculan
Bagai anak panah terlepas dari busur
Kursi yang muat diduduki seseorang
Diperebutkan bayak orang

Politik jadi ajang saling menjegal
Tak punya kemampuan terlempar
Orang yang membusungkan dada
Menganggap semua lawan
Kejatuhan tinggal menunggu waktu
Punya kemampuan atau tidak
Asal memimpin gerbong orang-orang kebingungan
Bisa duduk di atas kursi
Menikmati hari-hari singgasana negeri

Waktu itu
Pengorbanan nyawa tak terhitung
Harta benda menjadi tak bernilai
Uang jatuh pada rongsokan
Kekacauan sesuatu yang biasa
Bom-bom meledak di mana-mana
Penjahat-penjahat menjadi penguasa
Nilai-nilai tak bermakna
Etika yang dianut terbuka
Tersenyum simpul tak terjadi apa-apa
Terjaga sebentar, lantas tidur pulas kembali



Dalam hal ketabahan
Ibu pertiwi adalah jagonya
Dalam hal sikap pasrah
Anak negeri pendekarnya
Dalam hal banyak bicara
Nusantara ahlinya
Dalam hal korupsi
Tidak ada duanya

Pemilu demi pemilu
Menghasilkan pemimpin berbeda
Jauh harapan dari janji
Meski penganut demokrasi sejati
Kesejahteraan menjauhi
Teori-teori tak berarti

Hampir satu dekade tak menentu
Hidup menjadi tak tentu
Orang-orang menggerutu
Dalam suasana menyambut hari tawa sedunia
Bumi batuk dengan keras
Fenomena ratusan tahun melanda
Bumi penganut syariat Islam
Membawa terdasyat petaka
Monster tsunami menerpa

Ada apa gerangan di balik jendela
Misteri-mesteri kelabu tak terungkap
Memori menghadirkan selaksa peristiwa
Menimpa ibu pertiwi mayoritas Muslim
Agama yang tidak hanya mengajarkan pasrah
Berbuat dengan segenap jerih payah
Menghargai karya manusia
Berhasrat rubah nasib demi umatNYA
Manusia Indonesia benar-benar payah

Bencana dari segala bencana
Menyadarkan orang-orang yang terlena
Dalam buaian kehidupan malam
Rayuan kenikmatan-kenikmatan semu
Kemolekan wajah dunia yang mengkerut
Kesilauan budaya aing yang tak berbudaya
Nilai-nilai agungnya tak lebih sampah
Penuh sumpah serapah
Tidak diterima di negeri sendiri
Kita terima dengan lapang dada
Ha ha ha ha
Dunia dibiarkan menelan jiwa-jiwa
Tak punya akal budi

Bencana dari segala bencana
Meniupkan ruh dalam hati
Dipenuhi bintik-bintik hitam
Tak pernah dibersihkan sepanjang hidup
Menghirup udara segar dalam-dalam
Shahadat pengakuan diri
Pada Dzat Agung dan teladan manusia
Menjadi sebaik-baik hamba
Shalat menjauhkan keburukan
Menenangkan batin yang gelisah
Menyatu dengan Dzat Paripurna
Puasa menyelami derita
Mengosongkan perut dari durjana
Kebutuhan tak berubah dari homo sapiens
Zakat adalah konsep bersama
Tak ada yang kaya dan miskin
Semua hamba Allah
Haji penyempurnaan batin
Tak sanggup berhaji, Jum’at adalah haji kecil
Orang papa dan kaya sama merasakan
Iman adalah sebentuk kepercayaan
Tumbuh dengan keyakinan kuat dalam diri
Menebalkan nurani, memperkuat akalbudi

Bencana dari segala bencana
Petani bertani dengan peluh keringat
Pedagang berjuang gigih
Nelayan berusaha sekuat tenaga
Buruh menghasilkan produktivitas kerja
Pekerja memperindah suasana
Ulama-ulama pejuang tanpa pamrih
Pegawai pelayan rakyat jelata
Pejabat ketua dari para pelayan
Pengusaha berbagi dengan sesama
Kejayaan Indonesia tidak akan lama
Bencana segala bencana
Menjadi rahmat bagi negara
Aceh tersenyum bahagia

Hidup demi Waktu, Waktu Mengendalikan Hidup

Dalam hitungan detik putaran tahun lewat, menghilang tanpa terasa
Waktu yang baru datang berputar perdetik, detak jantung ikut berputar
Nafas mengalir teratur dipompa jantung, kehidupan tetap bisa berjalan
Manusia hidup mengisi putararan waktu, kehidupan mengalir dalam waktu
Pagi bekerja keras sampai sore, malam menikmati hiburan demi kepuasan
Tubuh dipaksa melakukan pekerjaan, memperoleh Imbalan berupa uang
Manusia bekerja demi mendapat uang, siapa yang paling berkuasa di antara
Uang penguasa manusia atau manusia penguasa uang, tak pasti
Tanpa secarik kertas tak berguna di masa purba, manusia di bawah kendali
Kemiskinan, kemelaratan, pengangguran, kelaparan, kehancuran
Adalah bahasa uang tak dimiliki diri, dipaksa budaya atau tak mampu
Nilai baik buruk, adil zalim, benar salah, tergantung kendali uang
Hukum dapat dibeli dengan harga mahal, nurani dijual berbandrol mahal
Jabatan diperjual belikan, bagai pedagang menawarkan barang
Ini menunjukkan uang berkuasa atas manusia bukan sebaliknya
Sejarah manusia mencatat, ciptaan manusia sering mengendalikan penciptanya
Komputer super canggih yang dirancang, sanggup mengalahkan manusia
Senjata yang dibuat melindungi diri, berhasil membunuh manusia
Ilmu pengetahuan sarana mendekati Ilahi, malah menghantar durhaka manusia
Keberhasilan di bidang tes DNA, manusia merasa bisa menciptakan manusia
Nalar sarana menjalani hidup, nalar disembah bagai dewa
Kesenangan hidup demi kebahagiaan, menjalani hidup demi kesenangan
Ketika manusia bersikap rasional, yang tampak irrasional
Ketika manusia bersikap irrasional, yang tampak sikap rasional
Kebingungan senantiasa melanda setiap waktu, sejumlah tanya tak terjawab
Kecemasan menghantui hidup, mencemasi sesuatu yang tak dicemasi
Ketakutan melingkupi ruang dan waktu, tak mampu dilepaskan
Harapan pada sesuatu yang besar, tak dapat yang kecil sekalipun
Melakukan sesuatu yang kecil, mendapatkan hasil yang besar
Orang menghiasi halaman koran, muncul sebentar lantas hilang
Orang mempesona di televisi, hilang dari peredaran dalam sekejap
Demi popularitas hidup, segala sesuatu halal hukumya
Demi kejayaan diri, tak ada yang mampu menghalangi
Seperti tsunami menghantam dararan, manusia tak mampu menangani
Kini era kemajuan manusia mencengangkan, kemajuan tak terkendali
Makna kemajuan yang tak bermakna, bila manusia tak berprikemanusiaan
Perang antar manusia, ketika pemikiran telah sangat maju
Negara penegak demokrasi dunia, menghancurkan negara lain dibolehkan
Negara penguasa jagad raya, satu kematian sama dengan kematian sebuah negara
Kera berkelahi memperebutkan wilayah, manusia berperang demi wilayah
Apa perbedaan manusia dengan kera, atau kera dan manusia satu nenek moyang
Kehidupan senantiasa menyimpan misteri, tanpa misteri tak ada kehidupan
Pusing dengan berbagai misteri, menjalani hidup apa adanya
Hidup demi sesama, sesama hidup dalam bahagia

Wonosari, 1 Januari 2005


ANTARA LUAS DIRI DAN BUMI

Dunia menyempit diri meluas
Bundar mengelingi jagad raya
Mata semata tak mampu memandang
Zaman berubah cepat
Benda bumi semakin mengecil
Komputer bisa menjangkau segala tempat
Mata bisa menatap segala arah
Peristiwa dalam hitungan detik tersaji
Berita dalam sekejap mata lahir
Keaadaan di tempat jauh menampakkan diri
Informasi berkelebat tak terhentikan
Manusia merasa bisa melakukan segala hal
Kuasa Tuhan ada di genggaman tangan
Sanggup menciptakan sesama
Kloning menunjukkan kemajuan
Manusia tercipta di tangan manusia
Kepala membesar
Pikiran membara
Otak mengembara
Hati di ruang sunyi
Peraaan tak peduli
Dunia menyempit, manusia terlena
Dalam buaian pikiran yang merana
Badai di Jepang, Amerika dan Hongkong
Banjir di Cina, Bangladesh dan Indonesia
Gempa bumi India, Turki dan Iran
Kelaparan di Afrika, Amerika Latin dan Asia
Perang di Sudan, Irak, dan Afganistan
Manakah kuasa manusia terhadap alam
Alam ciptaan Tuhan
Manusia ciptaan manusia
Bagaimana mungkin manusia menciptakan manusia
Sedang alam tak bisa dikendalikan
Manusia tertunduk lesu
Menatap relung-relung diri yang dibiarkan menyempit
Pikiran menerawang segala sesuatu
Membaca drama-drama kehidupan
Memahami keterbatasan
Perasaan menyelami berbagai tanda-tanda
Menyentuh lewat balutan damai dalam rasa
Memeluk dunia dalam dekapan
Imajinasi terbang tinggi ke langit
Menjangkau yang tak terjangkau
Melahirkan citra-citra tentang segala
Meneropong bagian-bagian tersembunyi
Hati merintih pilu
Memandang kejadian demi kejadian
Menangis sedih tak terperkirakan
Meraba-raba sesal tiada terkira
Manusia menatap diri dari segala sudut
Membaca bintik-bintik hitam
Menerawang sampah-sampah kehidupan
Menghirup udara penuh polusi
Melewati hari demi hari
Dalam diri banyak sudut-sudut ruang
Selama ini dibiarkan terbengkalai
Gudang-gudang penuh misteri
Rumah-rumah tak terawat diselumuti sawang-sawang






MENGHIAS DUNIA

Topeng peng peng
Kedok dok dok
Perisai sai sai
Tirai rai rai
Menutup mata dunia
Memperindah pandangn
Menghalangi hakekat
Menelanjangi kepalsuan
Topeng peng peng
Kedok dok dok
Perisai sai sai
Tirai rai rai
Menjalani hidup sampai mengkerut
Menghias mulut dengan pemanis rasa
Merekah bibir gincu-gincu merah
Warna permukaan warna tersembunyi
Kebaikan-kebaikan terselimuti
Kebenaran-kebenaran ternodai
Keburukan-keburukan terwujudi
Kesamaran-kesamaran memenuhi
Topeng peng peng
Kedok dok dok
Perisai sai sai
Tirai rai rai
Hidup zaman ini
Membongkar topeng mengingkari
Memusnahkan kedok melangkahi
Meremukkan perisai menyalahi
Menghancurkan tirai melewati
Norma-norma zaman tak berbentuk
Bersikap arif pada yang tampak
Bijaksana melihat yang tertangkap
Mampu menyingkap yang tersingkap

ZAMAN KEANEHAN

Bersikap tulus sesama
Tanpa harap imbal jasa
Barang aneh dalam masa
Orang berbuat mendapat apa
Tanpa apa-apa sikap tak ada
Seorang tak berpamrih
Dianggap gila
Seorang bersikap ikhlas
Diduga menyimpan sesuatu di balik muka
Seorang tak ingin apa-apa
Diklaim menginginkan apa-apa
Zaman ini adalah keanehan-keanehan
Menjelma menjadi nyata
Menjarah adalah biasa
Korupsi adalah nyata
Maling berdasi adalah pahlawan
Diagungkan semua dapat bagian
Kebohongan milik semua
Kelicikikan alat kesuksesan
Keangkuhan bekal kebenaran
Kecongkakan suara kenyataan
Kejujuran barang langka
Ketulusan jadi legenda
Kebaikan perlahan sirna
Dalam zaman penuh gelora

MENELUSURI PILIHAN

Persimpangan jalan menghadang di depan pelupuk mata
Melangkah ke barat, hati gelisah
Melangkah ke timur, pikiran resah
Melangkah ke selatan, nafsu bergelora
Melangkah ke utara, badan merona
Memilih tidak melangkah, menyalahi norma
Dalam kebingungan
Kaki melangkah mengikuti naluri
Diri patuh pada arah yang dituju
Sesekali ke barat, menghasilkan karya
Sesekali ke timur, melahirkan karsa
Sesekali ke selatan, menciptakan ceria
Sesekali ke utara, menghadirkan sejahtera
Semua arah ada dalam ada
Tidak bisa menafikan salah satu
Masing-masing berjalan sesuai irama
Melantunkan arti seribu satu
Persimpangan jalan memiliki banyak makna
Seperti kata yang mengalir memenuhi berbagai penafsiran
Memenjaran pilihan ke salah satu arah
Sama dengan memenjarakan kata dalam kamus
Biarlah kata menunjukkan diri sendiri
Seperti yang digagas presiden penyair
Atau penjara-penjara kata kita musnahkan
Sehingga kata-kata berbicara tentang dirinya sendiri
Hidup adalah memilih berbagai pilihan
Tidak memilih bukan berarti mati
Memilih segala pilihan bukan berarti bunglon
Memutuskan satu pilihan bukan berarti picik
Biarkan diri-diri memutuskan yang dikehendaki

Wonosari, 14 Oktober 2004

MATI CERIA

Aku pemuja kesenangan
Gerik gerik menuju keceriaan
Tingkah laku tentang kegembiraan
Senyum
Sumringah
Tawa
Terbahak
Ceria
Adalah detik-detik waktu yang dilewati
Diskotik
Cafe
Dunia gemerlap
Pesta
Mall
Dolly
Konser
Pertunjukkan
Bioskop
Tempat-tempat keramat sehari-hari
Hidup hanya sebentar tuk menikmati
Segala yang tersedia
Kerja alat kesenangan
Kreatifitas alat keceriaan
Peras otot alat kegembiraan
Pikiran alat kebahagiaan
Inilah alasan hidup
Bekal mati yang tak berarti
Hidup sesaat dihayati
Mati ketiadaan hakiki

MERANA

Penjarah menjadi raja
Menguasai kerajaan
Memerintah sekehendak hati
Tak peduli hati nurani

Para pemimpin bermunculan
sebagai pemimpin kelompok
Bukan negarawan
Bukan pemimpin rakyat
Penghamba kekuasaan

Pengamat berbicara sampai berbusa
Ekonom berdebat sampai berbisa-bisa
Cendikiawan mengabdi pada harta
Intelektual berlomba-lomba menghamba
Pejabat berpikir tetap berkuasa
Pegawai tuan yang tidak ingin menjadi hamba
Petani menjadi budak keserakahan
Nelayan menjadi babu di lautan
Pedagang kecil menjadi sapi perahan
Pengusaha merampok kekayaan
Republik tidak menyisakan sisa-sisa


KEJAHATAN RAJA DUNIA

Kebenaran berada di atas puncak gunung
Berdiri agung di bawah langit
Terbang tinggi di angkasa
Menjauh dari bumi
Tempat manusia bersemayam

Kebenaran menyimpan kepalsuan
Butuh waktu menyingkap topengnya
Maka klaim pada kebenaran
Adalah klaim pada kepalsuan
Apa yang benar sekarang
Menjadi kekeliruan esok hari
Menjadi abu-abu pada masa depan
Menjadi barang rongsokan dalam kehidupan

Orang-orang berilusi
“Kejahatan tidak pernah menang melawan kebenaran”
Legenda
Cerita
Mitos
Media
Mengamini secara patuh
Kenyataan tak pernah mengamini

Kenyataan mengungkapkan apa yang ingin dinyatakan
Bertahun-tahun diperintah seperti budak adalah kejahatan
Kita diam seribu bahasa
Sudah tahu wakil rakyat hendak menjarah
Kita memilihnya atas nama agama
Sadar orang yang memimpin adalah Durna
Kita terpesona

Kita membanggakan Durna masa kini
George Bush
Tony Blair
Fidel Castro
Hambali
Dr. Azhari
Osamah bin Laden
“Bukankah kejahatan lebih unggul dari kebenaran?”








MENDALAMI PUASA

Cahaya bulan menyinari hari
Menerbitkan rentetan waktu terbaik sepanjang tahun
Menyambut senyum, mendapat pahala
Menyambut bahagia, mendapat sorga
Menyambut sedih, mendapat neraka
Cahaya bulan menyinari hari
Kumpulan waktu paling bermakna dalam hidup
Menahan lapar dari nasi
Menahan haus dari air
Menahan diri dari yang halal dalam sinar matahari
Menahan mulut dari bisa
Menahan suara dari kata
Menahan bisikan dari nafsu
Cahaya bulan menyinari hari
Sejumlah hari dalam bulan menyinari yang lain
Membaca ayat-ayat tertulis rapi
Menemukan hakekat makna bagi diri
Membaca ayat-ayat tak tertulis
Menemukan jati diri
Menundukkan wajah di atas sajadah
Melantunkan dzikir setiap waktu
Menyatukan diri dengan Ilahi
Mendekatkan hati pada yang punya
Memperoleh segala harapan berupa ridha
Abadi sepanjang masa


SIMBOL MAKNA

Mata sendu menyiratkan luka
Kerut di kening menyuratkan gelisah
Muka masam menandakan marah
Senyum manis menunjukkan bahagia
Tawa renyuh menciptakan senang
Senyum sinis menggambarkan dendam
Makna tanda-tanda dari berbagai zaman
Tak mengalami perubahan sampai kini
Padahal segala sesuatu berubah
Sistem tanda yang dibakukan tertulis
Tercetak abadi
Dalam kehidupan sehari-hari
Berbagai tanda-tanda mengalami perombakan total
Dalam buku tidak ada yang berubah
Kehidupan sehari-hari lebih menawarkan banyak kemungkinan dari buku
Belajar dari kehidupan sehari-hari keharusan tak terbantahkan
Pelajar
Mahasiswa
Guru
Dosen
Profesor
Masyarakat
Senantiasa menggali tanda-tanda yang ada
Tidak terjebak dalam buku-buku mati
Hidup yang mengalir sungai-sungai perubahan
Jangan dihambat mengatasnamakan perpustakaan
Punya makna dalam kurun waktu tertentu
Mata sendu belum tentu bermakna luka
Kerut belum tentu bermakna gelisah
Muka masam belum tentu bermakna marah
Senyum belum tentu bermakna bahagia
Tawa renyah belum tentu bermakna senang
Senyum sinis belum tentu bermakna dendam
Kehidupan sehari-hari menawarkan makna berbeda-beda


paham butuh

raih malam raup siang
peras keringat alir darah
kencang otot keluar tenaga
puncak pikir segenap rasa
korban hati manis mulut
gapai cita capai mimpi
penuhi lumbung isi sesuap



kesempurnaan

menerangi manusia butiran-butiran cahaya
menyentuh hati nurani
membangkitkan pikiran
mengendalikan perasaan
mencapai kesempurnaan


ANGKA-ANGKA MUKJIZAT

Di antara kegelapan-kegelapan, terdapat cahaya
Dalam kesunyian malam-malam, mengandung sinar kehidupan
Di atas hitam-hitam, ada sebekarkas terang yang diharapkan
Asa yang datang, menunggu waktu sekali setahun
Konon antara tanggal ganjil di akhir bulan
21, 23, 25, 27, 29
Angka-angka mukjizat
Terkjebak angka tak dapat apa-apa



HIDUP ABADI

Usia berkurang setiap saat
Karya turut berkurang
Hidup menjalani taqdir
Melewati hari tanpa arti
Padi menguning ingin dipetik
Dinikmati memenuhi kebutuhan
Memanen padi yang kempes
Usia dibiarkan lewat tanpa makna
Umur boleh berkurang
Badan boleh bertambah rusak
Raga boleh menua
Karya tak ikut mati
Kreasi tak ikut sirna
Hidup jadi abadi0

PUNCAK KESEDIHAN

Bukit runtuh
Menyebar jatuh
Menimbulkan resah
Meningggalkan keluh kesah
Mata-mata merona merah
Hujaman pisau-pisau kepiluan menancap
Berdararah-darah
Tercabik-cabik
Terkoyak-koyak
Menghujam ulu kesedihan
Hujan air mata menerpa
Kecewa
Sengsara
Merana
Menyatu dalam syahdu
Bersatu di lain waktu

Wonosari, 10 Oktober 2004

menemani hari-hari

berjalan di jalan sunyi
menikmati cuaca berseri
menghirup udara pagi
melewati pematang sawah petani
siluet muncul dari ufuk timur
sinar sendu menghidupkan suasana
membangun makhluk dari tidur
awal hidup dimulai
awal mati dirintis
merasa hidup, merasa mati
senantiasa menemani hari-hari


KATA

Kilau
Silau
Risau
Parau
Dunia

Rasa
Karsa
Cipta
Karya
Jelma
Hidup

Pulas
Mimpi
Malas
Sepi
nafas
Mati

Dunia
Hidup
Mati
Karib
Manusia

Akhirat
Hidup
Hidup
Hidup
Manusia


Kursi

Kursi
Tahta
Asa
Segala

Usaha
Gigih
Dapat
Mimpi

Halal
Boleh
Anjur
Ajak
Suruh
Perintah
Duduk
Kursi
Hilang nurani





Wonosari, 19 Agustus 2004




Terali

Sepi
Sendiri
Sunyi
Damai
Gemuruh
Baur
Dalam
Diri





OH

Oh
Ah
Dah
Ku
Pah





Wonosari, 16 Oktober 2004







Hidup

Bangun
Kerja
Peras
Biasa
Hari

Waktu
Menggilas
Menghantam
Menerjang
Melahap
Tahun

Sesuap
Segar
Sehat
Nikmati
Keadaan

Hirup
Nafas
Tenang
Buaian
Tidur





Kosong

Gelap
Cahaya
Terangi
Kalbu
Tentram

Terang
Selimuti
Hati
Hitam
Kelabu
Kalut

Malam
Bulan
Bintang
Dekat
Dzat
Maha

Siang
Matahari
Sibuk
Perut
Jauh
Maha

Gelap
Maha
Terang
Manusia

Wonosari, 1 Januari 2005