Senin, 08 Februari 2010

Keberhasilan Hakiki Dalam Akhir Zaman

Kata keberhasilan merupakan kata sakti yang dapat membuat manusia mengalami berbagai macam situasi, masalah dan tantangan guna mencapainya. Akibat pengaruh teori evolusi Darwin (secara ilmiah dianggap pemdodohan abad 19 dan 20), maka manusia yang terkuat lewat persaingan merupakan orang yang berhasil, tidak peduli menghalalkan segala cara atau tidak. Kapitalisme (Jargon abad 20 yang menunggu kehancuran) mengakibatkan orang-orang pemiliki modal atau orang kaya yang dianggap berhasil. Sebagian menganggap keberhasilan yakni memegang jabatan tertinggi. Sebagian menganggap gelar akademis tertinggi sebagai puncak keberhasilan. Sebagian menganggap status sosial sebagai puncak keberhasilan. Sebagian menganggap puncak prestasi sebagai keberhasilan.
Padahal makna keberhasilan sesungguhnya dalam tiga makna; pertama, senantiasa berusaha untuk berbahagia dunia dan akhirat sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, kedua, memanfaatkan semua potensi Allah dalam diri guna menjalani hidup yang lebih baik, ketiga, menjalani kehidupan sesuai kemauan diri yang benar, bukan dipaksa keadaan, lingkungan atau orang lain. Rumusan makna yang sesuai dengan Era Baru.

Mensyukuri Keberhasilan Kecil
Seseorang yang berambisi meraih keberhasilan, maka dirinya akan berusaha sekuat tenaga untuk meraihnya dengan segala cara. Padahal ketika keberhasilan diraihnya, ada perasaan hambar karena banyak yang dikorbankan, termasuk menghancurkan orang lain, sehingga hanya kesenangan sekilas yakni dianggap berhasil di depan mata orang. Sayangnya, kebanyakan orang senang melakukan hal ini dengan berasalan sebagai tuntutan zaman.
Sedangkan seseorang yang berusaha sekuat tenaga guna meraih keberhasilan dengan cara yang baik, sehingga tangga kesuksesan yang diraihnya melalui lorong pintu gelap yang jauh, walau akhirnya mampu meraih keberhasilan. Orang seperti ini, akan menikmati proses sama dengan menikmati hasilnya. Namun, hanya sedikit orang yang menggunakan cara ini dalam zaman posmodern.
Berhubung yang kedua merupakan cara terbaik dalam meraih keberhasilan tanpa harus mengorbankan orang lain, maka hal ini perlu diuraikan panjang lebar agar setiap orang tergerak guna melakukan hal ini dalam meraih keberhasilan.
Dalam kehidupan sehari-hari, beragam aktivitas dilakukan, baik dengan perencanaan atau tidak. Tanpa disadari, sesungguhnya keberhasilan-keberhasilan kecil diraih seseorang saat menjalaninya. Karyawan yang gigih bekerja dapat menjalankan tugas dengan baik. Pegawai pemerintah dapat menjalankan tugas atasanya lebih baik dari yang diduga. Pedagang dapat menjual dagangannya lebih baik dari hari kemarin. Pengusaha dapat mencapai target yang dicanangkan. Pemerintah mampu menjalankan rencana-rencana aksi yang telah disusun. Ibu rumah tangga mampu melahirkan bayinya dengan lancar. Guru dapat mengajar dengan baik, sehingga murid-muridnya dapat memahami dan mempraktikkan yang diajarkan. Semua ini merupakan keberhasilan kecil yang lewat begitu saja.
Hanya saja, berhubung keberhasilan kecil, maka dibiarkan begitu saja. Padahal seharusnya keberhasilan kecil ini harus disyukuri, sebab dari keberhasilan-keberhasilan kecil inilah sesuatu yang lebih besar dapat diraih. Dalam terminologi Islam, orang yang bersyukur, maka rizkinya ditambah Allah. Ini berarti mensyukuri keberhasilan kecil merupakan langkah awal dalam meraih keberhasilan besar yang diraih.
Dalam menghadapi persaingan, gunakan beberapa langkah; anggap mereka sebagai partner bukan pesaing, lakukan persaingan (perpatneran) yang sehat, melakukan yang terbaik dengan cara yang baik, mendekatkan diri pada Allah SWT tanpa pernah percaya pada dukun, paranormal dan sejenisnya, saling silaturrahmi dan membantu, dan berhasil bersama.
Dari keberhasilan kecil, perlahan-lahan menuju keberhasilan menengah. Rasa syukur pada Allah diwujudkan lebih besar yakni beribadah spiritual (Shalat 5 waktu berjamaah karena butuh, shalat Sunnah Dhuha, Mengaji waqi;ah 3X, istigfar 100X setiap hari, puasa Ramadhan) dan ibadah sosial (zakat fitah, zakat harta dan membantu orang lain sesuai kemampuan). Jalan inilah yang membimbing seseorang meraih keberhasilan besar. Wujud rasa syukur lebih besar yakni ibadah spiritual (Shalat Sunnah Tahajjud dan Hajat, menunaikan ibadah haji, puasa Sunnah dan isqiqamah shalat berjamaah) dan sosial (menjadi dermawan sejati tulus karena Allah dan membantu siapa saja yang membutuhkan).

Menikmati Keberhasilan dan Kegagalan
Jangan remehkan keberhasilan-keberhasilan kecil yang dialami dalam kehidupan setiap hari, sebab inilah tangga sesungguhnya dalam meraih keberhasilan. Ini berarti, setiap keberhasilan dinikmati, sehingga saat kegagalan datang, hakikatnya banyak keberhasilan kecil yang diraih.
Manusia hanya senang meratapi kegagalan-kegagalan tanpa mengingat keberhasilan-keberhasilan kecil yang diraihnya, karena merasa selalu gagal, maka dirinya tidak pandai bersyukur dan nau’dzubillah menyalahkan Allah atas keadaan yang dialami.
Pedagang yang jatuh bangkrut, harus mengingat bahwa banyak keberhasilan yang telah diraihnya. Maka, saat jatuh bangkrut, ingat kembali keberhasilan-keberhasilan di masa lalu, sehingga timbul semangat untuk bangkit dari keterpurukan. Kebangkrutan yang dialami merupakan ujian Allah agar dirinya lebih kuat, bersemangat dan bekerja keras guna menjalani langkah baru menuju masa depan.
Pengusaha yang bangkrut, dapat memulai usaha dari nol dengan menikmati kembali keberhasilan-keberhasilan kecil yang dilaluinya guna menuju puncak keberhasilan.
Sarjana yang tidak mendapatkan pekerjaan, maka harus berusaha bekerja apa saja asal halal, lalu menyusun langkah dari nol agar ilmunya dapat dimanfaatkan dalam pekerjaan besar yang ingin diraihnya di masa depan.
Memulai langkah baru adalah cara untuk meraih keberhasilan-keberhasilan kecil yang harus disyukuri, sehingga keberhasilan menengah dapat diraih dan keberhasilan besar datang dengan sendirinya.
Siklus dalam meraih keberhasilan, dimulai dari bawah, menghadapi banyak tantangan, meraih keberhasilan-keberhasilan kecil, lalu meraih keberhasilan menengah, mengalami keterpurukan, bangkit kembali sampai menuju puncak keberhasilan. Siklus ini bisa berubah-ubah. Namun, intinya kebanyakan manusia tidak bersabar saat menerima tantangan dan keterpurukan, sehingga mereka gagal dalam meraih keberhasilan menengah, apalagi meraih keberhasilan besar. Semakin besar keberhasilan yang ingin diraih, maka tantangan dan keterpurukan semakin besar.
Jika Anda takut pada tantangan, keterpurukan, kesalahan dan kegagalan, maka jangan pernah ingin meraih keberhasilan. Sebab inilah Sunnatullah (Siklus kehidupan) dalam meraih keberhasilan. Jadi, ketika Anda menikmati keberhasilan –baik kecil, menengah atau besar-, maka persiapkan diri Anda guna menghadapi tantangan, keterpurukan, kesalahan dan kegagalan. Sehingga Anda tersenyum saat berhasil dan tersenyum saat gagal.
Senjata utama dalam menghadapi tantangan, keterpurukan, dan kegagalan, adalah bersabar. Bersabar dalam Islam bukan bermakna berdiam diri, melainkan merenungkan segala sesuatu dengan membuka diri pada ilham Allah, mundur guna menyusun langkah baru, menstabilkan emosi, membuka raksasa tidur dalam pikiran untuk merumuskan strategi baru, dan menjalankannya dengan penuh semangat. Inilah wujud kesabaran hakiki yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW, hamba Allah dan Rasul terbaik sepanjang zaman.

Penutup
Mensyukuri setiap keberhasilan, khususnya keberhasilan-keberhasilan kecil adalah cara paling efektif guna meraih keberhasilan sesungguhnya, ini membenarkan firman Allah “Jika kalian bersyukur, maka akan kutambah nikmatku pada kalian…” Maka yakinlah untuk meraih keberhasilan dengan cara atau proses yang benar, melakukan hal benar dan menuju sesuatu yang diridhai Allah, sehingga kebahagiaan dunia akhirat dapat diraih.
Mensyukuri keberhasilan dengan dua cara. Pertama; bersyukur pada Allah dengan senantiasa mengingat Allah dalam berbagai keadaan, melakukan ibadah spiritual dan sosial secara tulus, dan beriman penuh keyakinan pada Allah. Kedua; berterima kasih pada manusia dengan senantiasa mengingat kebaikannya, berbuat baik pada siapa saja, berbagi ilmu atau harta pada orang yang membutuhkan, bermanfaat pada semua makhluk, dan mengelola anugerah Allah berupa semesta sebagai tempat yang nyaman atau tentram bagi seluruh makhluk.
Jangan pernah mengkhawatirkan keberhasilan yang diraih orang lain, melainkan harus mengkhawatirkan diri sendiri yang tidak bersemangat menjalani kehidupan, tidak Struggle, tidak memiliki motivasi untuk berhasil, tidak menggunakan cara yang baik untuk berhasil, dan tidak berbuat apa-apa. Ketika orang lain berhasil, turut bersyukur pada Allah, sebab keberhasilan mereka merupakan anugerah Allah. Bahkan, orang yang paling berhasil di muka bumi ialah seseorang yang membantu orang lain berhasil atau lebih berhasil dari dirinya tulus karena Allah SWT.

Ahmad Zamhari Hasan
Bumi Allah, Sabtu; 21 Shafar 1431 H./06 Februari 2010