Senin, 22 Maret 2010

Bagaimana Setelah UN?

BAGAIMANA SETELAH UN?

Alhamdulillah Ujian Akhir Nasional sedang berlangsung, semoga berjalan lancar dan semua pesertanya dapat lulus dengan baik. Amin! Awalnya, saya menentang Ujian Nasional, namun berhubung kebijakan Diknas tetap menjalankannya, maka saya harus memiliki sikap berbeda yakni menyempurnakan system UN, bersikap benar setelah UN dan menyusun langkah baru demi masa depan.
Sistem UN harus senantiasa disempurnakan dan diperbaiki supaya dapat memberi andil yang besar terhadap kesuksesan anak-anak bangsa dalam berbagai sendi kehidupan yang dijalani. UN sebagai satu-satunya barometer kelulusan, kurang tepat, paling tidak UN menentukan 60% kelulusan pelajar, sedang 40% ditentukan sekolah dengan melihat perilaku keseharian, nilai harian dan kepribadian mereka (idealnya 50% dan 50%). Ini sebagai bentuk kompromi keputusan MA yang menginginkan supaya UN dihapus. Hal ini akan berakibat baik pada pelajar, sebab mereka tidak akan menganggap UN sebaga “Pembunuh Kejam Tanpa Perasaan,” bahkan dijadikan alasan untuk stress, depresi, atau bunuh diri (semoga hal ini tidak terjadi, baca tulisan saya dib log ini; JANGAN BUNUH DIRI).
Dalam memandang UN, para pelajar harus melihat bahwa targetnya “hanya” 55%, jika mereka menguasai 60% saja materi UN yang diujikan, pasti sudah lulus, mengapa hal ini harus ditakuti? Untuk mengatasi hal ini, seharusnya pelajar menyediakan waktu 2 jam tiap hari untuk belajar, bukan hanya belajar sepanjang hari dan malam saat ujian saja.

SETELAH UN
Setelah UN berbagai pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan bahu membahu guna melakukan penyempurnaan terus menerus demi mencetak generasi muda yang dapat berhasil dalam Akhir Zaman ini.
Pihak sekolah harus menyempurnakan system pembelajaran. Hasil ujian siswa dapat dijadikan ukuran kualitas seorang guru di sekolah. Dalam hal ini, para guru harus melakukan beberapa hal; mempersiapkan diri sebelum mengajar meski telah berpengalaman mengajar selama puluhan tahun, menerapkan metode-metode baru dalam pembelajaran seperti cara cepat belajar, belajar dalam keadaan fun (menyenangkan), pendidikan kontekstual, serta menjadi teladan yang baik bagi murid-muridnya. Sedang pihak sekolah; melengkapi sarana dan prasarana, melalukan evaluasi secara berkala, menyelenggarakan pelatihan Motavasi pada para guru dan pelajar, memberikan kesejahteraan yang layak pada guru, dan berusaha menjadikan sekolahnya bertitel unggulan atau memenuhi standar Nasional atau Internasional.
Sedangkan pada para pelajar, bagaimana bersikap setelah UN?
Pertama; menerima dengan lapang dada apa pun hasilnya. Jika lulus Alhamdulillah, jika tidak lulus, ikuti saja ujian ulangan. Jadi tidak perlu stress, depresi dan bersedih berlebihan. Hidup tetap harus dijalani, baik lulus UN atau tidak.
Kedua; Introspeksi diri (merenung) terhadap hasil UN yang diraih, jika lulus UN, berupaya meningkatkan standar nilai dan berusaha menjadi yang terbaik, jika belum lulus belajar lebih giat setiap hari seumur hidup dan berusaha lebih keras di masa mendatang. Ada anak yang 2 tahun tidak naik kelas, justru saat terjun di tengah-tengah masyarakat, dia berhasil melebihi yang rengking 1 terus menerus.
Ketiga; Setelah berhasil lulus pun, tantangan di depan mata menghadang. Bagi yang lulus bingung mau kuliah apa dan dimana, bingung apa mau kuliah atau kerja, bingung mau kemana. Sesungguhnya yang lulus UN menghadapi masalah, demikian juga yang tidak lulus. Posisi sama saja. Bagi yang mampu kuliah, lanjutkan pendidikan setinggi-tingginya sesuai bidang ilmu yang ingin diperdalam dan disukai. Sedang yang tidak kuliah, dapat mengikuti Kuliah Alternatif Online (KAO) yang saya tawarkan secara gratis 100%. Bagi yang mau bekerja, langsunglah bekerja apa saja asal halal, tidak perlu gengsi, merasa malu atau susah. Mudah mengatasi kebingungan bukan?
Keempat; bagi pelajar yang tidak dapat kuliah dengan alasan apa pun juga, teruslah belajar seumur hidup, bekerja sambil belajar dan isilah kehidupan dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Jangan sampai waktu yang membunuh kita. Sekali lagi KAO dapat menjadi alternatif.
Kelima; inti pendidikan yang sesungguhnya ialah pembetukan kepribadian bermartabat, bermental baja, beradabtasi dengan baik terhadap kehidupan, dan menjalani hidup yang lebih baik. Setelah UN, cobalah nilai keempat hal ini dalam diri masing-masing pelajar; sudahkan memiliki kepribadian bermartabat? Sudahkah memiliki mental baja atau semangat pantang menyerah? Sudahkah beradabtasi dengan baik terhadap kehidupan? Sudahkah berupaya dengan sungguh-sungguh guna menjalani hidup yang lebih baik? Jika belum, berarti lulus UN, tapi tidak lulus dalam kehidupan. Lho! Renungkanlah!
Keenam; disamping berhasil lulus UN sebagai salah satu barometer mampu mengembangkan kecerdasan Intelegentia, para pelajar harus mampu mengembangkan kecerdasan Spritual dan Emotional mereka. Hal ini harus diperhatikan dengan seksama oleh Lembaga Pendidikan. Kecerdasan spiritual ialah menjalankan rukun Islam; shahadat, shalat, puasa, zakat dan haji dengan penuh keyakinan tanpa keraguan. Sedang kecerdasan emotional ialah memiliki semangat pantang menyerah, mampu mencari jalan keluar terhadap masalah dan mengatasinya, bersikap benar sesuai situasi dan kondisi, dan dapat mengatur perasaan sesuai kebutuhan.
Baca juga tips sukses dalam menjalani kehidupan dan tips sukses belajar di Pondok.
Bumi Allah, 07 Rabiul Awal 1431/23 Maret 2010