Senin, 01 Maret 2010

Tips-Tips Sukses Untuk Anda

Kebiasaan 10 Tahun = Kesuksesan?

Dalam penglihatan sesaat, seakan-akan antara kebiasaan dan kesuksesan merupakan dua bentuk yang berbeda dan sulit dipersatukan, tapi dalam kenyataan justru antara keduanya berjalan beriringan, malah saling mendukung antara satu yang lain; kesuksesan tidak akan diraih tanpa kebiasaan melakukan sesuatu yang konsisten minimal dalam 10 tahun. Lho kok bisa?

Seorang Thomas Alva Edison membiasakan diri melakukan percobaan untuk menemukan lampu listrik setelah “kursus” kilat dengan ibunya selama 3 bulan –ibunya hanya mengajak bermain sambil belajar setelah tidak sekolah karena dianggap bodoh-. Kebiasaan yang dilakukan, berlangsung bertahun-tahuan, lalu setelah gagal dalam 9944 percobaan, dia berhasil dalam kebiasaan yang 9945, hasilnya; berhak atas 1093 hak paten, tujuh turunan kaya raya.

Seorang Ibnu Hajar Al-Haithami mondok selama 10 tahun tidak pintar-pintar, awalnya bersabar, tapi pada tahun ke 10 saat sisi manusia tidak tahan, dengan penuh rasa putus keluar dari pondok berjalan tanpa arah tujuan sampai di sebuah gua, dia istirahat. Di dalam gua, dia melihat air menetes perlahan-lahan dan ketika memindahkan pandangan ke tempat lain, ada batu berlubang akibat tetesan air. Dari sini muncul ilham “Masa manusia kalah dengan air, pasti dengan usaha yang gigih pantang menyerah akan berhasil juga.” Akhirnya beliau kembali ke pondok lagi, mulai kebiasaan baru yakni belajar lebih tekun dengan memanfaatkan semua potensi yang dimiliki. Hasilnya, belajar jadi mudah, sehingga banyak ilmu yang diserap. Wajar jika beliau mampu melahirkan Ulama’ dan Ilmuan di masanya.

Prof. Dr. Komaruddin Hidayat awalnya berasal dari desa yang berusaha merantau ke Jakarta saat kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Aktif di majalah Panji Masyarakat karena semenjak remaja di Pesantren memang sudah terbiasa menulis. Kini beliau aktif sebagai Rektor di almamaternya tersebut. Pemikiran beliau merupakan sintesis antara filsafat dan sufistik, sehingga memiliki keunikan berpikir sendiri yang khas. Untuk lebih lengkap, baca di TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia). Hikmah dari beliau adalah keberhasilan masa sekarang dicapai karena kebiasaan di masa remaja dan pendidikan keagamaan yang baik dalam lingkungan keluarga.

Ibnu Taimiyah, Mujaddid Islam pada masayanya yang berpengaruh hingga sekarang melalui karya tulisnya. Beliau membiasakan diri menulis setiap hari sebanyak 10 halaman, sehingga wajar jika karya beliau dalam bentuk buku sangat banyak sekali. Coba kita kalkulasi 10X30X12=3.600 halaman setiap tahun. Hal ini dilakukan sepanjang hidup sampai meninggal dunia, tentu puluhan ribu halaman yang telah beliau hasilkan. Suatu pencapaian yang luar biasa sekali.

Apa hikmah semua itu? Jika Anda ingin sukses, mulailah rintis sebuah kebiasaan yang konsisten atau istiqomah selama 10 tahun; misal ingin menjadi pakar kompoter, pelajarilah dan praktik langsung di bidang computer selama 10 tahun, lalu berusahalah shalat Tahajjud dan Dhuha dengan mengutamakan shalat wajib 5 waktu tentunya juga selama 10 tahun, maka kesuksesan terbuka lebar bagi Anda. Buktikan hal ini, baru memberi tanggapan. Mengapa kita mesti didukung shalat? Sebab bagi umat Islam kesuksan dalam dua hal; kesuksesan di dunia dengan usaha 10 tahun di bidang computer, kesuksesan di akhirat dengan shalat 10 tahun istiqomah (tentu tidak melalaikan ibadah lain, puasa Romadhan 30 hari, zakat fitrah/harta dan haji jika mampu). Setelah 10 tahun kemana?

Mulailah merintis bidang baru atau memperkuat bidang lama yang digeluti, sedang secara spiritual (semua bentuk ibadah pada Allah), tentu meningkatkan kualitasnya. Sebagaimana derajat di dunia bertingkat-tingkat, maka di akhirat demikian pula. Jika sudah menjadi Muslim yang benar dan baik, meningkatkan diri menjadi Mukmin sejati, jika sudah lulus tingkatkan diri menjadi hamba Allah yang shaleh. Tingkatan ini mudah ditulis atau dikatakan sulit pada praktiknya. Tapi jika ada kemauan setiap orang dapat meraihnya.

Beberapa Tokoh Inspirasi

Anda Ingin Sukses? Tirulah Tokoh-Tokoh Berikut Ini!



Fauzi Sholeh hanya lulusan SMP, pernah luntang-lantung hidup susah di Jakarta. Beberapa profesi pernah ditempuh seperti penyemir sepatu dan satpam, sebelum akhirnya terjun dalam bisnis perumahan. Awalnya berbekal uang 30 juta membeli tanah dan membangun rumah di atasnya. Saat membangun rajin membaca Yasin bersama tukangnya sebagai bentuk Tawakkal pada Allah. Alhamdulillah laku sebesar 50 Juta yang diinvestasikan pada tanah dan perumahan. Hal ini terus berkembang, sehingga beliau memiliki Perumahan Pesona Depok dan Pesona Kahyangan yang jumlahnya ribuan dengan harga rumah ratusan juta rupiah. Hebatnya lagi, beliau memberikan kesejahteraan pada karyawannya sebanya 22 gaji (normalnya 12, jika ikut PNS 13 gaji), bahkan 100 Karyawan Tetap diberi mobil. Luar biasanya lagi, sedekah beliau beberapa tahun terakhir hampir mencapai 100 milyar. Semoga Allah menerima amal baik beliau! Amien! Inilah teladan bagi pengusaha Muslim di Indonesia dan Dunia. Bagi saya, beliau adalah Abdurrahman Bin Auf Modern.

Frans Kafka suka menulis cerpen, novel dan tulisan lepas di sela-sela pekerjaannya di perusahaan asuransi, kebiasaan dipertahankan sampai meninggal dunia. Sebelum meninggal berpesan pada sahabatnya Max Brod untuk membakar karya-karyanya, tapi justru Max Brod menerbitkan karyanya. Hasilnya, jusrtu dia disebut pelopor sastra Posmodern (itu lho, zaman setelah modern). Padahal seumur hidup karyanya tidak ada yang dimuat media dan diterbitkan. Tapi setelah kematian, kesuksesan diraihnya.

Hamka hanya lulusan SR, tapi berkat kegigihan belajar seumur hidup, belajar dari satu langgar ke langgar lain pada Ustads di masanya, belajar sendiri ilmu yang berasal dari Timur Tengah dan Barat, akhirnya membuat beliau mampu menulis Tafsir Al-Azhar, padahal penafsir 30 Juz baru bisa dilakukan oleh Prof. Dr. Quraish Shihab. Hamka berhasil karena meneladani Nabi Muhammad SAW yakni Belajar Otodidak Seumur Hidup. Kisah lengkap ada di buku “Mau Kuliah Alternatif? BELAJAR OTODIDAK, Dong!”

Emha Ainun Jadjib selama 5 tahun “kuliah” di jalanan Marboro Jokjakarta bersama anak jalanan, pengasong dan orang terlantar. Cak Nun banyak belajar sendiri berbagai macam ilmu, sehingga rumahnya penuh dengan buku. Rumahnya dijadikan sarana berkumpul, berdiskusi dan berkaraya bagi banyak orang sekitar. Kebiasaan membaca dan belajar otodidak inilah yang membimbingnya meraih keberhasilan sebagai penyair, kolomnis, dan sastrawan tingkat Nasional dan Regional. Anak jalanan atau masyarakat marjinal dapat mengikuti jejaknya. Kisah lengkap ada di buku “Mau Kuliah Alternatif? BELAJAR OTODIDAK, Dong!”

Ibnu Hajar Al-Haithami mondok selama 10 tahun tapi merasa bodoh, awalnya bersabar, tapi pada tahun ke 10 saat sisi manusianya tidak tahan, dengan penuh rasa putus keluar dari pondok berjalan tanpa arah tujuan sampai di sebuah gua, dia istirahat. Di dalam gua, dia melihat air menetes perlahan-lahan dan ketika memindahkan pandangan ke tempat lain, ada batu berlubang akibat tetesan air. Dari sini muncul ilham “Masa manusia kalah dengan air, pasti dengan usaha yang gigih pantang menyerah akan berhasil juga.” Akhirnya beliau kembali ke pondok lagi, mulai belajar lebih tekun dengan pandangan baru yang terbuka. Hasilnya, belajar jadi mudah, sehingga banyak ilmu yang diserap. Wajar jika beliau mampu melahirkan Ulama’ dan Ilmuan di masanya.

Jika kisah hidup Anda ada kemiripan dengan salah satu tokoh di atas, tirulah langkah-langkah mereka dalam meniti tangga kesuksesan. Meniru sesuatu yang baik dari orang lain adalah sesuat yang dianjurkan, meski suri tauladan kita yang hakiki adalah Nabi Muhammad SAW. Sebab beliau merupakan manusia paripurna bagi segenap umat manusia sepanjang zaman.


Bersyukur Atas Kesuksesan Orang Lain



Suatu hari Nabi Muhammad bersiap-siap mengajar para sahabat. Tapi “pengajian atau majlis taklim” dalam bahasa orang sekarang, belum juga dimulai. Melihat kekhawatiran para sahabat, nabi berujar; “Tunggu, ahli surga sebentar lagi muncul.”

Mendengar hal itu, tentu saja para sahabat menunggu dengan rasa penasaran yang luar biasa. Muncullah Abu Bakr Shiddiq yang keimanannya melebihi seluruh penduduk langit dan bumi, tapi bukan beliau yang dimaksud. Muncullah Umar bin Khattab yang membuat umat Islam berani beribadah terang-terangan, tapi bukan beliau yang dimaksud. Muncullah Usman Bin Affan yang dermawan, tapi bukan beliau yang dimaksud. Muncullah Ali bin Abi Thalib, pasti beliau seru para sahabat sebab merupakan singa Allah yang ahli ilmu, tapi ternyata bukan. Tiada beberapa lama, muncullah seorang pemuda biasa yang kurang dikenal, tapi ternyata pemuda tersebutlah yang termasuk ahli surga. Tentu saja para sahabat bingung tidak mengerti. Nabi mengatakan bahwa pemuda tersebut sujud syukur setiap kali tetangganya mampu membeli sesuatu atau merasakan kebahagiaan.

(Maaf cerita ini saya peroleh dari seorang penceramah di Depok, jadi belum tahu haditsnya, jika ada pembaca yang mengetahui atau mempelajari hadits tersebut, mohon saling berbagi ilmu demi kebenaran)

Walau mendengar cerita tersebut sekitar setahun lalu lebih, tapi saya tidak pernah melupakannya. Entah mengapa, saya tercenung lama mendengar kisah penuh hikmah tersebut. Saya benar-benar merasa tersentuh bukan sekadar karena pemuda tersebut yang disebut ahli surga, bukannya para sahabat Nabi terkemuka yang disebut di atas, tapi lebih itu ialah kebesaran hati pemuda sesuatu yang perlu kita teladani.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa hubungan antara satu tetangga dengan tetangga lainnya berlangsung kurang harmonis karena sifat iri dan dengki yang ada pada setiap orang. Jika tetangga mampu membeli mobil, maka tetangga sebelah merasa iri dan bergosip macam-macam tentang tetangganya. Malah suatu waktu memaksakan diri untuk membeli mobil walau secara financial tidak mampu. Hasilnya, sebuah kehidupan yang tidak nyaman dan tentram tentunya. Sedang pemuda ahli surga justru merasa bahagia, malah bersujud syukur ketika tetangganya bahagia.

Hubungan antar teman yang akrab terkadang rusak karena sifat iri atas kemampuan temannya yang secara financial, emosional atau intelektual, sehingga persahabatan bisa menjadi musuh abadi. Sedang pemuda di atas justru berharap sahabatnya untuk lebih berhasil dari dirinya dengan bersujud syukur jika mendapatkan sesuatu atau meraih prestasi.

Hubungan antar saudara terkadang terjadi saling iri atau dengki, sehingga ada hasrat menjatuhkan atau minimal tidak mau membantu saudaranya karena takut lebih hebat dari dirinya. Sedang sang pemuda justru bersujud syukur kalau saudaranya berhasil, malah bersedia membantu dengan ilmu, harta dan doa untuk mendukungnya.

Hubungan antara ustads dengan ustads lain yang ahli ceramah, antara satu tokoh masyarakat dengan tokoh masyarakat lain, dan antara satu Kiai dengan Kiai lain, terkadang rusak jika salah satu pihak memiliki jamaah lebih banyak, punya hubungan yang dekat dengan kekuasaan atau lebih terkenal. Sedang pemuda ahli surga justru membantu dengan ilmu yang dimiliki agar Ustad, tokoh masyarakat dan Kiai lebih bermanfaat bagi masyarakat luas.

Hubungan antar teman sekantor, berusaha mencari muka pada bos dan terkadang saling menjatuhkan. Sedang sang pemuda malah berharap temannya lebih cepat dipromosikan dan naik jabatan supaya mampu menghidupi keluarganya, sedang sang pemuda masih bujangan.

Hubungan antar pegawai negeri terkadang rusak karena berharap lebih cepat naik jabatan, jika ada yang dipromosikan, kasak kusuk beredar dengan cepat dan fitnah pun menyebar. Sedang pemuda ahli surga justru memberikan dukungan moril agar orang lain sukses, malah ditambah bersujud pada Allah karena memperoleh karunia Allah.

Inilah daftrar alasan kenapa pemuda tersebut menjadi ahli surga. Jika Anda ingin menjadi ahli surga, maka tirulah daftar sikap hidup di atas dalam kehidupan sehari-hari. Insya Allah Anda mendapatkan keistimewaan yang sama dari Allah. Mudah saat membacanya, tapi Anda akan berhadapan dengan “musuh” dari dalam diri sendiri saat berusaha melaksanakannya. Taklukkan “musuh” dalam diri Anda, surga merindukan kehadiran Anda. Hikmah yang dapat dipetik dari hal di atas ialah;

Lawan sifat iri dan dengki yang ada dalam diri kita masing-masing, malah harus dihancurkan berkeping-keping tanpa sisa.

Berbahagialah saat orang lain bahagia dan tersenyumlah saat orang lain tersenyum

Bersujud syukur setiap mendengar sahabat, teman, saudara, kerabat, tetangga, dan orang lain memperoleh sesuatu yang menyenangkan atau meraih kesuksesan.

Berbesar hati untuk membantu orang lain walau diri sendiri lebih membutuhkan

Sebarkan kebaikan di muka bumi dengan menyenangi kelebihan orang lain dan menutupi kekurangannya

Marilah kita berlomba-lomba menjadi ahli surga dengan meneladani pemuda di atas. Ini merupakan sebuah dorongan motivasi bagi generasi muda agar melakukan sesuatu yang bermanfaat pada orang lain dengan langkah sederhana dan biasa saja, namun bernilai luar biasa. Semoga kita semua mampu mengamalkan hal ini! Amien!




1000 Kegagalan 1000 Kesuksesan



Selama ini banyak di antara kita yang senantiasa mengalami kegagalan demi kegagalan, baik karena faktor diri sendiri, maupun dari luar. Tahukah Anda semakin banyak Anda gagal, maka kesuksesan akan Anda raih semakin besar asal tidak mengenal kata menyerah. Buktinya?

Ibnu Hajar belajar 10 tahun, berarti ribuan kali gagal belajar, tapi tetap merasa bodoh, padahal teman-temannya banyak lulus dan berhasil. Justru karena tidak menyerah dan mampu mengambil ilham dari air yang menembus batu, hasilnya beliau menjadi Ulama’ terkemuka di zamannya dan banyak menghasilkan Ulama’ lainnya. Thomas Alva Edison gagal dalam 9944 percobaan, ketika berhasil pada percobaan yang ke 9945, maka kesuksesan besar diraih; dunia menyala terang berkat jasanya, 1033 hak paten berkaitan dengan bidang tersebut dimilikinya, dia kaya untuk diri sendiri, sekaligus anak keturunannya kaya raya.

Saya pribadi mengalami ribuan kali kegagalan dalam hidup ini, tapi Alhamdulillah justru mengalami perkembangan yang hebat dalam kehidupan spiritual dan hasil karya tulis. 3 buku terbit karena kegagalan; “Berniaga Dengan Iman,” “Mau Kuliah Alternatif? Belajar Otodidak, Dong!”, dan novel Bidadari Posmodern. Sudah selesai ditulis buku Pelatihan Learning For Living (LFL) 3 Langkah Sederhana Menuju Kesuksesan Dunia dan Akhirat. Alhamdulillah, blog saya ini semakin padat isinya karena selama bulan Ramadhan, Allah memberi ide dan ilham yang banyak untuk ditulis. Belum lagi karya tulis lain yang telah saya tulis. Untuk hal spiritual, biarlah Allah yang tahu karena bukan buat konsumsi publik.

Hal inilah yang membimbing saya guna menulis Rumus Kegagalan; 1000 Anda Gagal, maka 1000 kesuksesan menanti Anda. Dasarnya dalam Al-Qur’an “Sesunguhnya setelah kesulitan ada kemudahan” diulang kembali pada ayat selanjutnya; “Maka sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan,” tidak mungkin Allah mengulang dua kali jika tidak karena ingin meyakinkan hamba-hambaNya bahwa di balik kesulitan yang dihadapi, ada kemudahan, dan dibalik kegagalan ada kesuksesan, asal tentu saja terus berusaha mengerahkan segenap potensi yang dimiliki dengan tidak mengenal kata “PUTUS ASA”.

Cobalah Anda hitung berapa kali Anda gagal dalam mencapai sesuatu seumur hidup, lalu hitung juga berapa kenikmatan, kebahagiaan, dan keindahan yang Anda peroleh? Insya Allah Anda mulai menyadari rumus baru ini.

Bagimana dengan orang yang hidup miskin, terlantar dan teraniaya! Coba selidiki mendalam, mereka masih bernafas, masih dapat merasakan nikmatnya makan, masih dalam keadaan Muslim dan Mukmin. Bukankah cobaan berupa kemiskinan, penganiaayaan dan tersingkirkan sudah mendapatkan Tiket Gratis ke surga asal Muslim atau Mukmin? Kebahagiaan akhirat tiada bandingan dengan kebahagiaan di dunia ini.